Politik Antara Makna, Tujuan dan Realita
Rabu, April 16, 2014
Hingar bingar politik akhir-akhir ini sangat intens kita dengar dan rasakan, sebuah hegemoni 5 tahunan Negara kita, pesta seluruh rakyat Indonesia, dimana yang seharusnya dilayani adalah rakyat, yang mempunyai hak dan kedaulatan adalah rakyat. Pesta pun dilaksanakan, masyarakat diminta berbondong-bondong untuk memberikan hak suaranya, ada yang bilang 5 menit untuk 5 tahun mendatang, namun pemilu bukanlah sulap yang seketika dapat mengubah apapun, pemilu adalah salah satu proses politk, dimana harapan baru muncul dari aktor-aktor politik, mereka yang mengatasnamakan dirinya mewakili aspirasi rakyat dan menjanjikan perubahan bangsa ini kepada yang lebih baik. Namun dengan terlewatinya pemilu, lewat sudah kepura-pura-an wajah dari para politisi, lewat sudah kelemah-lembutan mereka saat bersimpuh mengharap suara, lewat sudah pesta dimana sesungguhnya kita-lah tuan rumahnya.
Berbicara soal wakil rakyat, kita begitu terkenang lagu fenomenal dari iwan fals yang berjudul surat untuk wakil rakyat, meskipun secara nyata merupakan sindiran yang tepat, di sisi lain masih banyak orang baik yang tidak tinggal diam, mereka benar-benar bekerja untuk memenuhi kebutuhan rakyat, dipundak merekah-lah kita yakin dan berharap, selalu ada cahaya yang akan menerangi kegelapan, selalu ada cinta yang akan mengubah kebencian, membawa Bangsa ini menjadi Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat , adil dan makmur seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Realita politik tak sejalan lagi dengan tujuan awalnya, dimana pada mulanya politik adalah antitesa dari permasalahan beragamnya keingingan dan hak dari setiap individu yang harus di akamodir dan diatur sehingga tidak terjadi konflik atau pertentangan, dan memberikan kepastian serta jaminan untuk mencapai tujuan bersama. Nampaknya kita harus membaca dan memahami kembali makna politik dalam artian yang luas, Aristoteles seorang filsuf Yunani mengungkapkan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang agung, dikatakan agung karena kedudukannya yang sangat penting, merangkum seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia adalah “zoon politicon”, menjadi kodrat manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya, untuk saling berinteraksi, dan saling membutuhkan.
Ketika kita memaknai politik secara luas dengan berbagai thesis dan antithesanya, kita akan mendapat sebuah pandangan baru, pandangan sederhana namun kompleks, bahwa politik secara sadar maupun tidak adalah segala hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh ketika kita dirumah akan berangkat ke kampus, kita memikirkan untuk memakai baju apa, celana yang mana, dan pergi ke kampus dengan apa, pilihan-pilihan yang kita ambil dari sekian banyak keinginan dan kebutuhan itulah politik, meski dirasa masih dalam lingkup yang sederhana. Kita juga melakukan aktivitas politik ketika dulu di sekolah, saat pemilihan ketua OSIS, atas dasar visi dan misi para calon, kita memilih dan memberikan kepercayaan kepada mereka untuk membawa aspirasi kita menuju tujuan bersama. Di dalam pemerintahan sendiri politik berperan dalam pembuatan aturan-aturan yang menyangkut orang banyak, seperti aturan lalu lintas, pembayaran listrik, pajak dan biaya pendidikan serta masih banyak lainnya. Berpolitik tidak hanya sekedar membahas soal kekuasaan, soal bagi-membagi jabatan, soal apa dan siapa dan bagaimana kekuasaan itu didapat, politik adalah penghargaan peran atas seseorang dengan persetujuan yang dipimpinnya, untuk kemudian bersama-sama mewujudkan keselarasan baik itu secara fisik maupun psikologis.
Dari gambaran yang telah ada dapat kita konklusikan bahwa politik tersebar luas disekitar kita dan kita sendiri merupakan pelaku politik. Salah satu nilai yang terkandung dalam politik adalah musyawarah mufakat. Musyawarah mendeskripsikan adanya komunikasi politik dan demokrasi. Dimana kita mempunyai hak untuk berpendapat, untuk memberikan gagasan dan usulan yang nantinya akan diakomodir tanpa mengabaikan aspirasi yang telah kita berikan.
Keluarga merupakan tempat yang tepat untuk belajar berkomunikasi politik yang baik seperti demokrasi. Keluarga mengajarkan cara demokrasi dalam lingkup paling sederhana. Ketika ayah yang harus mendengarkan suara atau pendapat dari anak dan istrinya. Pada posisi ini sang ayah harus mengalah dan menghargai pendapat anggota keluarganya. Sang ayah tidak bisa mementingkan dirinya sendiri, sekalipun ia seorang pemimpin keluarga.
Bagian yang tidak kalah penting lainnya adalah partisipasi politik. Partisipasi politik merupakan kerelaan hati seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dalam menentukan keputusan dan tujuan yang akan dicapai. Partisipasi politik merupakan antitesa terhadap situasi yang menurutnya menyimpang dan tidak sesuai dengan jalurnya. Sehingga muncul kesadaran untuk memperbaiki keadaan tersebut menjadi lebih baik.
Contohnya adalah ketika orang tua turut serta dalam menentukan tempat kuliah anaknya. Mereka akan memberikan saran dan pendapat mengenai kelebihan dan kekurangan tempat kuliah yang akan dipilih anaknya. Peran orangtua tersebut merupakan bentuk parstisipasi politik yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat akan membentuk pemahaman yang lebih baik, secara substantif masyarakat akan terlibat langsung dalam menentukan aturan-aturan yang pada akhirnya akan kembali pada masyarakat itu sendiri. Partisipasi yang besar juga bermakna legitimasi yang kuat, seorang pemimpin yang mampu mengelola masyarakatnya dengan menerapkan prinsip partisipasi akan lebih memudahkan jalannya roda pemerintahan dan kelancaran kebijakan-kebijakan yang akan diambil.
Dengan politik kita berharap terbentuknya optimisme, menjalankan filosofi Berbangsa dan Bernegara, dan kemudian menuju filosofi dalam berpolitik. Yang dimaksud dengan filosofi dalam berpolitik adalah politik mempunyai peran memproduksi dan merekonstruksi tatanan moral dan etika, paradigma dan cara pandang yang visioner dan relevan. Bukan menghalalkan segala cara mendapatkan kekuasaan, bukan dengan retorika dan doktrinasi sesat, bukan pula dengan pencitraan dan sikut-menyikut. Politik dalam era modern harus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, tidak hanya para elit saja yang cerdas, namun mereka mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mencerdaskan masyarakat lewat filosofi dalam berpolitik yang bersih dan kompetitif, dimana pertarungan gagasan dan ide menjadi tolak ukur seberapa jauh dan pentingnya mereka menawarkan solusi-solusi untuk bangsa ini.
Politik antara makna, tujuan dan realita sangatlah menarik untuk dibahas, namun janganlah kita terpaku dan tersudutkan oleh stigma negatif yang sesat, bahwa politik itu kotor, politik itu licik, politik itu kejam dan lain sebagainya, nampaknya kita harus lebih memperdalam soal teori politik yang sesungguhnya, yang kemudian tidak hanya berhenti sampai disitu, kita juga harus mengimplementasikannya dalam berbagai aspek kehidupan. Tanggungjawab kita tidaklah mudah, melunasi janji kemerdekaan dari para pahlawan yang dengan gagah berani bervisi besar, mengorbankan nyawanya untuk kemudian mewariskan gagasan dan cita-citanya demi mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Oleh : M . Aulia Fachrudin # Ilmu Pemerintahan 2013
0 komentar:
Posting Komentar