Berbagi Ilmu Ke Batas Negeri

Sering terlibat dalam aktivitas sosial sejak SMA, membuat Muhamad Aulia Fachrudin, semakin peka dan sadar bagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia.
Mahasiswa Undip yang aktif mengikuti berbagai kegiatan di dalam maupun di luar kampus ini, nggak hanya peduli terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan ia pernah menjadi pengajar muda di Sarawak, Malaysia.
Berawal dari ruang kuliah, salah satu dosennya menceritakan tentang tidak meratanya pembangunan di Indonesia, terutama di wilayah perbatasan. Hal itu membuat Rudi tergerak mencari berbagai informasi untuk bisa berangkat ke perbatasan.
”Saya cari di internet tentang kegiatan KBRI dan menemukan program ini. Kemudian saya mempersiapkan segala sesuatunya untuk seleksi dan alhamdulillah bisa diterima,” cerita Rudi.
Program itu diinisiasi Volunteerism Teaching Indonesian Children (VTIC), sebuah yayasan yang bergerak di bidang pemuda dan peduli terhadap anak TKI di luar negeri, bekerja sama dengan KBRI di Malaysia.
Mereka menerjunkan sukarelawan selama sebulan di daerah perbatasan, untuk mengajar dan meneliti keadaan masyarakat, salah satunya di Sarawak, Malaysia.
Saat itu Rudi nggak hanya mempersiapkan fisik dan mental, tetapi juga mempersiapkan ilmu yang akan ia ajarkan kepada anakanak di sana.
”Sejak seleksi program, harus mampu menguasai beberapa mata pelajaran anak SD dan nasionalisme. Pendidikan nasionalisme penting untuk mereka karena anak-anak di sana bahkan ada yang belum pernah pulang ke Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menyiapkan wayang. ”Wayang saya gunakan untuk mendongeng. Mereka sangat senang kali pertama tahu cerita wayang, sejarah, dan budaya Indonesia,” katanya.
Dia katakan, kondisi anak-anak TKI di sana banyak usia yang sudah cukup besar tetapi belum bisa membaca dan menulis. Sekolah mereka sangat memprihatinkan, hanya ada satu ruangan besar, setiap kelas dibedakan hanya dengan meja. Papan tulis hanya ada satu, dan itu digunakan untuk semua siswa yang ada di sekolah.
Nggak hanya mengajar, Rudi juga meneliti bagaimana kondisi sosial psikologis anak-anak TKI di sana. Hasilnya, menemukan banyak anak-anak yang tertekan dan kurang perhatian orang tua.
Kunjungan
Dengan permasalahan tersebut, setiap sore hingga malam, Rudi selalu melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk mengetahui latar belakang dan permasalahan mereka, dan mendorong mereka untuk sadar akan pentingnya pendidikan kepada anak untuk mengubah nasib. ”VTIC bersama KBRI menawarkan beasiswa SMP dan SMA gratis di Indonesia kepada anakanak TKI yang sudah lulus SD dan mau meneruskan pendidikannya,” ujarnya.
Rudi berharap, apa yang dilakukannya dapat memotivasi orang lain untuk melakukan hal-hal positif. Menjadi pemuda yang inspiratif, nggak hanya berprestasi dalam bidang akademik tetapi juga peka terhadap suatu masalah di masyarakat.
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/berbagi-ilmu-ke-batas-negeri/

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram