Kok Nggak Sadar-Sadar ?

Hari ini telinga kita terus-terus an panas mendengar konflik yang terjadi antara Polri dan KPK yang tak kunjung usai, kita geram namun tak bisa bergerak memaksakan kehendak kita. Sedang dibalik gerbang istana, kita masih menunggu dimanakah engkau pak presiden ? waktu terus berjalan, 100 hari lebih pak jokowi memimpin negeri ini, namun menjadi tanda tanya besar ketika bapak selalu diam tentang masalah penegakkan hukum ini, masalah korupsi ini, bagaimana kami bisa memahami ? bagaimana kami bisa mengerti apa yang sedang engkau fikirkan dan perjuangkan.
Aku bukan pasukan irrasional yang mendukungmu mati-matian, karena bagiku fanatisme yang tak berdasar hanya akan menjerumuskanku pada keterjajahan dalam berfikir. Aku tak menyesal memilihmu dulu, untuk itulah aku tak ingin engkau merasa sendiri jika memang tekanan dan turbulensi yang engkau terima membuatmu agak lama memberi kami jawaban.
Fiat Justitia Ruat Caelum "hukum harus ditegakkan walau langit akan runtuh"  kalimat tersebut selalu mengingatkan kita bahwa hukum adalah salah satu alat penting untuk mengelola dinamika bernegara. Namun, sudahkah kita rasakan keadilan selama ini ? sudah begitu umum di negeri ini, ketika yang benar dibalik menjadi salah dan yang salah melenggang bebas dengan enaknya atas nama pembuktian dipengadilan. Korupsi masih menjadi momok terbesar yang dialami bangsa kita, mulai dari suap kelas teri dijalanan hingga kelas kakap yang dilakukan pejabat-pejabat tinggi. Mereka seperti tak takut lagi dengan Tuhan, yang mereka tahu Cuma kekayaan, harta untuk keturunannya dan keserakahan melebihi setan.
Ya, memang realita yang terjadi dari konflik antara KPK dan POLRI rakyatlah yang menjadi korban, para koruptor diuntungkan. Logika aneh lagi yang menjadi kewajaran di negeri ini, bahwa kalau  tindakan korupsi itu menguntungkan diri kita, keluarga kita, saudara kita, teman kita, maka kita akan diam dan membiarkan. Sedang kalau tindakan korupsi itu merugikan kita, dengan gagah beraninya kita berteriak kencang melawan. Aku tak heran, mungkin mereka yang berteriak itu karena tidak dapat bagian.
Sebenarnya aku sudah malas untuk mengomentari kasus ini, untuk itu aku doakan saja :   Sadarlah wahai kalian yang katanya wakil kami. Bukankah kelak apa yang kau lakukan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan? Hakim yang Maha adil. disana Tak bisa lagi kau menyangkal atau seperti hukum di dunia  membawa pengacara handal yang kau sewa mahal dengan hasil korupsi itu. Sadarlah pak, sadarlah bu, sebelum terlambat. Manusia kadang berfikir jika dunia ini surga, sehingga dengan sepenuh jiwa ia gadaikan kepercayaan dengan kemewahan. Ia tak sadar kalau waktunya hampir habis, surga yang ia kira di dunia ternyata tak sempat ia nikmati.

Semarang , 17 Pebruari 2015

      M. aulia Fachrudin

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram